teater puspanegara

PUISI-PUISI
KAMBIL GIBRAN
Isi :
Sketsa Rintik Hujan
Menyambut mimpi
Keperawananku Hilang di Legian
Sebuah Penyesalan
Durjana
Satu Tak Satu





SKETSA RINTIK HUJAN


Malam makin larut
Mata belum bisa ditutup
Diluar hujan rintik-rintik
Apakah disana juga hujan
Apakah disana juga kelam
Tuhan, beri aku kekuatan
Tahan emosi, ego dan kebejatan
Jika memang tidak maka jangan
Jika memang ya maka silakan
Dua tengah tiga hati
Tak bisa mencari jawab pasti
Dan kepastian tak akan sempurna
Itu pasti.....! 





Menyambut Mimpi


Kau lentera kecil ditengah kota mati
yang siap dijadikan raja bagi para raja
Kau terompah emas pujaan tuan
yang hanya diinjak ketika anaknya bisa berjalan

Sudah siapkah dirimu
saat sebuah tongkat hitam menunjukkan jalan
bersama bongkahan kemenyan yang menghembuskan wanginya
tentu saja para raja senang

Karena ....
mimpi itu semakin dekat di mukanya yang tebal
yang telah berkali-kali dipakainya bersujud pada ifrit
dan telah menjadi saksi mati menjelang kematian
kematian yang sangat terang
disinari cahaya remang-remang neraka 






Keperawananku Hilang di Legian


Raut muka masam mengiringi
hilangnya keperawananku
isak tangis cucu adam menghujani
membasahi tanah pertiwi
sesaat kemudian ...
impotensi menggerogoti
jiwa-jiwa kolot di ranjang besi
menelan pil-pil pahit resesi
berbalut kondom-kondom provokasi
menjadi saksi bisu amarahku
ketika aku ...
diperkosa di Legian





Sebuah Penyesalan


Semua t`lah terjadi
disaat butiran-butiran air mata t`lah menetes
disaat kemarahan terlalu dalam menyusup di relung kalbu
disaat kebahagiaan sudah terlalu jauh untuk digapai

Seandainya waktu dapat diputar kembali
akan kujadikan lebih berguna
akan kubelenggu diriku dari dosa
agar neraka tidak mempersiapkan penyambutan untukku

Kini Tuhanpun mungkin muak
melihat diriku jauh dari-Nya
melihat diriku dijerat dosa hasil kerajinanku sendiri
melihat diriku diperbudak oleh iblis dan familinya

Ya Tuhan
jika masih ada kesempatan untukku
ijinkanlah aku mengikis dosaku
yang sudah terlalu tebal menyelimuti diriku
agar aku dapat sedikit berwibawa
ketika aku mati memenuhi panggilan-Mu





Durjana


Keangkuhan membuatnya sombong
Kesombongan membuatnya bangga
Nasihat ?
sudah terlalu banyak mengganjal kupingnya
bahkan keluar lagi dengan sia-sia
seiring isak tangis ibunya
Kekayaan
telah diraihnya dari lembar demi lembar kupon togel
Perawan
hampir semuanya telah ia kencani
tak ada satupun didunia yang dapat menghalanginya
Surga ?
telah menutup pintu untuknya
dan neraka
mungkin akan sangat suka memberi wisma untuknya.






Satu Tak Satu


Satu jiwa telah tercipta
persembahan hati kecil yang tercekik kekejaman jaman
mengikuti arus yang turun semakin kebawah
menuju jurang dalam
Tak ada yang menolongnya
dia sudah meminta-minta dengan sisa tenaganya
tiba-tiba datanglah batu dan menimpa peminta
dan dengan rela kebebasan diamputasi penguasa
Satu jiwa kini telah hilang
dan menjadi berjuta-juta partikel kesatuan
yang tak siap menggetarkan dawai para umat
hanya diam terpaku .. selamanya
mungkin



Copyright (c)  Teater  Puspanegara
2003